ChatGPT Instant Checkout: Mimpi Buruk yang Tersembunyi Bagi Konsumen dan Bisnis.

ChatGPT Instant Checkout: Keren di Iklan, Zonk Pas Dicoba?


Sebuah pengalaman jujur yang bakal bikin kamu mikir dua kali sebelum kalap belanja via AI.

Halo, teman-teman! Pernah kebayang nggak sih, lagi *mager* banget tapi pengen belanja, terus kamu tinggal ngobrol aja sama AI, dan *voila*, barang langsung di-checkout? Kedengerannya kayak mimpi jadi nyata, kan? Nah, OpenAI baru aja rilis fitur gokil bernama "Instant Checkout" di ChatGPT. Janjinya sih, kita bisa cari barang, tanya-tanya, sampai bayar, semua dalam satu jendela chat. Keren bangets kan?

Tapi, tunggu dulu. Sebagai teman yang baik, gue mau kasih *spill* the tea nih. Setelah gue coba dan baca-baca pengalaman dari para expert, ternyata fitur ini nggak seindah dongeng, lho. Malah, bisa dibilang... *it's worse than you think*. Kenapa? Yuk, kita bedah bareng-bareng biar kamu jadi konsumen yang makin cerdas!

Tampilan fitur Instant Checkout di ChatGPT yang terlihat simpel. Sumber: CNET


Kenalan Dulu Sama Instant Checkout: Janjinya Sih Revolusioner!

Jadi, fitur Instant Checkout ini lahir dari kolaborasi OpenAI dengan raksasa e-commerce seperti Shopify dan Etsy, serta platform pembayaran macam PayPal. Ide dasarnya adalah menciptakan "agentic commerce," di mana ChatGPT berperan sebagai asisten belanja pribadi kamu.

Ceritanya begini: kamu tinggal ketik, "Eh, cariin dong kado ulang tahun buat pacar, budget di bawah 500 ribu." Nanti si AI bakal kasih beberapa rekomendasi produk. Kalau ada yang sreg, kamu bisa langsung klik "Buy It in ChatGPT" atau "Instant Checkout," dan proses pembayaran bisa diselesaikan saat itu juga tanpa perlu pindah aplikasi. Simpel, cepat, dan anti ribet. Itu janjinya.




Pengguna bisa langsung berinteraksi dan melakukan pembelian. Sumber: CNET


Realita di Lapangan: Pengalaman Gue Nyobain, Ternyata... Meh.

Nah, ini bagian serunya. Berdasarkan penelusuran dan uji coba yang dilakukan oleh jurnalis teknologi Imad Khan dari CNET pada akhir September 2024, fitur yang digadang-gadang canggih ini punya banyak banget bolongnya. Bukannya jadi asisten pinter, malah kayak teman yang *sotoy* dan nggak bisa diandelin. Ini beberapa masalah utamanya:

  • Rekomendasinya Ngasal Banget: Pas diminta cari "kemeja flanel merah," ChatGPT malah nawarin selimut bayi. Serius, lho! AI-nya kayak belum bisa bedain konteks dan sering banget salah tangkap. Ini bukan cuma nggak membantu, tapi juga bikin frustrasi.
  • Nggak Bisa Bandingin Harga: Ini nih kekurangan fatalnya. Kita semua tahu, sebagai pembeli bijak, bandingin harga itu wajib hukumnya. Sayangnya, ChatGPT nggak bisa melakukan itu. Dia cuma akan menyajikan produk dari merchant yang udah jadi partnernya. Kamu nggak akan pernah tahu apakah harga yang ditawarin itu yang termurah atau kemahalan. Zonk banget, kan?
  • Pencarian yang Terbatas: Kamu pikir ChatGPT bakal menjelajahi seluruh internet buat kamu? Salah besar. Dia cuma mencari dari inventaris toko-toko yang sudah terintegrasi. Jadi, pilihanmu super terbatas. Jauh lebih banyak pilihan kalau kamu buka Tokopedia atau Shopee langsung.
  • Prosesnya Nggak "Instant" Juga: Walaupun namanya "Instant Checkout," prosesnya ternyata nggak secepat itu. Kamu masih harus klik beberapa kali, konfirmasi ini-itu, yang pada akhirnya nggak beda jauh sama belanja di website biasa. Jadi, nilai "instan"-nya di mana, ya?

Contoh rekomendasi yang diberikan bisa jadi kurang relevan dengan permintaan awal. Sumber: Marketplace Pulse


Kenapa Bisa Gagal Paham Gini? Ini Biang Keroknya.

Kenapa teknologi secanggih ChatGPT bisa kelihatan "bodoh" pas disuruh belanja? Jawabannya ada di cara kerjanya. Ingat, teman-teman, ChatGPT itu pada dasarnya adalah model bahasa (LLM), bukan mesin pencari kayak Google.

Dia nggak "melihat" internet secara *real-time*. Dia cuma punya akses ke data-data yang udah "disuapin" ke dia, dalam hal ini katalog produk dari Shopify dan Etsy. Jadi, dia nggak punya kemampuan untuk membandingkan, menganalisis ulasan dari berbagai sumber, atau mencari diskon terbaik di luar ekosistemnya. Tujuannya bukan untuk memberikan kamu *deal* terbaik, tapi untuk mempermudah transaksi dengan partner-partnernya. Paham kan bedanya?

"Hingga saat ini, ChatGPT tampaknya hanya akan menggores permukaan dari apa yang bisa dilakukan oleh e-commerce. Rasanya lebih seperti sebuah gimmick daripada alat yang benar-benar berguna." - Kutipan dari ulasan CNET

Keterbatasan data membuat AI tidak bisa memberikan hasil yang optimal. Sumber: CNET


Jadi, Apa Artinya Buat Kita Para Pembeli Cerdas?

Apakah fitur ini sama sekali nggak berguna? Nggak juga. Tapi kita harus pintar-pintar memanfaatkannya. Ini beberapa tips dari gue:

  1. Jangan Jadikan Sumber Utama: Anggap aja ChatGPT ini kayak teman buat cari inspirasi awal. Misalnya kamu bingung mau kasih kado apa, tanya aja ke dia buat dapet ide.
  2. Wajib Verifikasi Ulang: Setelah dapat rekomendasi, JANGAN langsung checkout! Buka tab baru, cari nama produk itu di Google, marketplace favoritmu, dan situs pembanding harga. Cek ulasannya, bandingkan harganya. Seriously, ini penting banget.
  3. Waspada Soal Data Pribadi: Memberikan detail pembayaran ke platform baru selalu ada risikonya. Pastikan kamu paham kebijakan privasi dan keamanan dari OpenAI dan partnernya sebelum memasukkan data kartu kreditmu.
  4. Sabar Dulu Aja: Teknologi ini masih baru banget, kayak bayi yang baru belajar jalan. Mungkin dalam satu atau dua tahun ke depan, kemampuannya bakal jauh lebih baik. Untuk saat ini, lebih baik kita tetap pakai cara belanja konvensional yang sudah terbukti aman dan efisien.

Ingat, kemudahan yang ditawarkan teknologi kadang datang dengan "biaya" tersembunyi, entah itu harga yang lebih mahal atau pilihan yang terbatas. Tetap optimis menyambut hari esok, tapi juga tetap kritis, ya!


Kesimpulan Akhir: Keren Idenya, Tapi Eksekusinya Perlu Di-update

Jadi, teman-teman, ChatGPT Instant Checkout ini adalah sebuah gebrakan yang menarik, tapi untuk saat ini, masih jauh dari sempurna. Janji kemudahan belanja via obrolan ternyata masih terganjal oleh rekomendasi yang ngawur, keterbatasan pilihan, dan ketidakmampuan membandingkan harga.

Saran gue? Jangan FOMO. Kamu nggak ketinggalan apa-apa kok kalau belum pakai fitur ini. Teruslah jadi pembeli yang cerdas, yang nggak gampang tergiur sama gimmick teknologi. Karena pada akhirnya, teknologi itu alat bantu, dan otak kita tetap jadi prosesor terbaik untuk membuat keputusan. Insya Allah, dengan jadi konsumen yang kritis, Allah akan mudahkan kita dapat barang terbaik dengan harga paling pas.

Gimana menurut kamu? Tertarik nyobain atau mending skip dulu? Yuk, diskusi di kolom komentar!


Sumber Utama Artikel:

Artikel ini diadaptasi dan diulas ulang berdasarkan laporan mendalam dari Imad Khan di CNET. Untuk membaca ulasan aslinya secara lengkap, kamu bisa mengunjungi tautan berikut: ChatGPT Instant Checkout Is Worse Than You Think - CNET.

About the author

Wihgi
An Indonesian digital natives, tech savvy generation. Blogging about internet of things, photography, technology review, tips & tricks. Work as Freelancer. And still a lifetime learner.

Join the conversation